INTERPRETASI OUTPUT NORMIT/PROBIT
MODEL PADA KASUS ANALISIS STRATEGI PERUSAHAAN GADGET RAKSASA
Halooo
sooob selamat siang nih semuanya.. Wah apa kabarnya nih sobat semua? Yaap moga
sehat, sukses dan jaya selalu yaa hehehe..
Oke
deh sob, kali ini saya kembali posting tulisan lagi nih.. Maaf yaa baru bisa menjelaskan interpretasi
output dari postingan saya sebelumnya yaitu multinomial normit/probit
regression model. Mengingatkan kembali bahwa contoh penelitian yang diambil
adalah analisis strategi tiga perusahaan ponsel raksasa yang produknya sedang
booming di Indonesia. Strategi tergolong menjadi tiga yaitu prospector,
defender dan analyzer. Nah, agar pembahasan outputnya lebih jelas, saya
sarankan sobat membaca dulu postingan sebelumnya disini.
Berikut
output yang dihasilkan:
Data
information menunjukkan bahwa seluruh jumlah kasus (observasi) yang kita
masukkan sudah valid dengan rincian masing-masing empat observasi pada strategi
prospector Blackberry, Defender Nokia dan Analyzer Samsung. Nah, jumlah iterasi
yang dijalankan oleh program hingga menghasilkan output sampai 16 kali dengan
ketentuan maksimal iterasi adalah 100 pada saat menjalankan program.
Perhatikan
nilai signifikansi variabel kovariat metrik diskon pada output parameter
estimate. Terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000 < Alpha 5% sehingga
dengan demikian kita menolak hipotesis nol dan menyatakan bahwa diskon secara
signifikan memberikan pengaruh terhadap produksi dan penjualan. Selanjutnya
perhatikan output Natural Response Rate Estimate dan Chi Square Tests:
Nah,
lewat output Natural Response ini, kita akan mengetahui berapa sebenarnya
persentase penjualan terhadap total produksi apabila kita mengabaikan pengaruh
diskon. Terlihat bahwa nilai estimate pada tingkat natural response adalah
0,063 yang artinya sebesar 6% barang dari total produksi akan terjual di
pasaran jika belum diinjeksi diskon. Pada Pearson Goodness of Fit diperoleh
tingkat signikansi 0,000 < Alpha 5% sehingga dengan demikian kita menolak
hipotesis nol dan menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat yang terjalin antara
variabel diskon terhadap produksi dan penjualan produk. Seterusnya, pada Parallelism
Test juga diperoleh tingkat signifkansi Chi Square sebesar 0,000 < Alpha 5%.
Hal ini menunjukkan bahwa intersep untuk ketiga strategi yaitu prospector (BB),
defender (Nokia) dan analyzer (Samsung) tidak sama.
Selanjutnya
ayoo perhatikan output yang sangat menarik
untuk kita analisis yaitu cell count dan residual.. Nah, output ini akan kita
lihat kebaikan probit model kita secara umum dan bisa juga kita break down ke
dalam masing-masing perusahaan ponsel. Berikut outputnya sooob hehehe..
Perhatiakan
dan bandingkan dengan data penelitian kita. Untuk perusahaan dengan strategi
Prospector (Blackberry) terlihat bahwa data riilnya dengan pemberian diskon
sebesar 5%, saat produksi ponsel Blackberry tipe Z (tipe terbaru), 9400 unit
maka akan terjual/laku sebesar 1395 unit sedangkan model kita memprediksi akan
terjual 1209 unit. Mengingat ponsel terbaru ini tergolong dalam kategori
canggih dengan harga yang mahal, maka dari data riil terlihat bahwa rasio penjualan
baru menembus sekitar 14,8% dari total produksi. Rasio yang dihasilkan masih
rendah untuk merebut pangsa pasar dimana ponsel tersebut dipasarkan. Dengan
membanderol harga yang signifikan secara ekonomi, tentulah ponsel BB tipe Z ini
hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas.
Perlu
diingat pula bahwa pemasaran suatu produk, harus memerhatikan segmen pasarnya
juga. Apakah segmen pasar di suatu tempat katakanlah negara memiliki Purchasing
Power Parity (PPP) yaitu daya beli masyarakatnya tergolong rendah, moderat atau
tinggi. Jika sobat mau melihat contoh segmentasi pasar, silahkan buka tulisan saya
terkait hal tersebut dengan metode Chi Square Automatic Interaction Detection
(CHAID Analysis). Lihat disini aja yaaa hehehe.. Hal lain yang membuat
rendahnya rasio penjualan suatu produk terhadap total produksi adalah rival
dagang yang ada. Dalam hal ini perusahaan BB yang menerapkan strategi
Prospector harus dihadapkan pada perusahaan yang notabene sudah lama menguasai
pasar yaitu Nokia dan perusahaan yang sangat gencar melakukan inovasi-inovasi
hingga sedang mencapai taraf prestasi penjualan sangat baik yaitu perusahaan
Samsung yang menelurkan andalan produknya, Galaxy. Selanjutnya sampai kepada
pemberian diskon 20% (cukup tinggi), rasio menembus 92,6% yaitu dengan barang
terjual 43524 dari total 47000 unit. Model probit kita memprediksi akan terjual
42997 unit. Nah, dengan rata-rata diskon sebesar 12,5% ( diperoleh dari {5% +
..... + 20%}/4) maka rata-rata rasio
penjualan untuk Blackberry mencapai 56,73%. (diperoleh dari {14,8% + ....... +
92,6%}/4).
Ketepatan model untuk prediksi penjualan Blackberry kita lihat dari
kumulatif nilai residualnya. Residual bersifat saling cancel out yaitu saling
menghilangkan. Nilai negatif residual menunjukkan bahwa probit model kita
bersifat under estimate artinya nilai yang diprediksi oleh model di bawah
kenyataan sedangkan residual positif bersifat over estimate. Secara umum, dari
kumulatif residual model probit kita menunjukkan over estimate (kelebihan
estimasi) sekitar 106 ponsel (diperoleh dari 186 + 1135 – 1742 + 527). Nah,
untuk melihat ketepatan model probit perusahaan prospector dalam hal ini Blackberry,
bisa diperoleh dari 1 dikurang nilai persentase kumulatif residual/sisaan
terhadap total produksi (1-106/117500*100) = (1-0,09) yaitu 0,91 atau 91%. Hal
ini mengindikasikan bahwa tingkat keakuratan model kita dalam memprediksi
penjualan Blackberry dalam hal ini produk unggulan Blackberry tipe Z tergolong
sangat baik yaitu sebesar 91%.
Naaah,
untuk perusahaan Nokia, saat perusahaan yang menggunakan strategi defender ini
memberikan diskon sebesar 5%, maka rasio penjualan terhadap total produksi yang
diperoleh mencapai 10,7%, selanjutnya sampai kepada pemberian diskon 20%,
terjadi kenaikan rasio penjualan terhadap produksi menjadi 89,9%. Dengan
rata-rata diskon sebesar 12,5% maka rata-rata rasio penjualan yang diperoleh
sebesar 54,44% (diperoleh dari {10,7% +......+ 89,9%}/4). Rata-rata rasio
penjualan perusahaan Nokia berada sedikit di bawah Blackberry. Secara umum,
model probit untuk estimasi penjualan bersifat underestimate (kekurangan estimasi)
dimana dari residual yaitu selisih penjualan faktuil dengan estimasi penjualan
terlihat bahwa ada selisih 152 ponsel yang seharusnya terjual berdasarkan fakta
ternyata tidak terjual berdasarkan probit model. Nah, untuk melihat ketepatan
model probit perusahaan defender dalam hal ini Nokia, maka kita memperolehnya
dengan formula 1 dikurang persentasi kumulatif residual/sisaan terhadap total
produksi (1-152/247287*100)=(1-0,06) yaitu 0,94 atau 94%. Jadi, tingkat
keakuratan model dalam memprediksi penjualan Nokia dalam hal ini tentu produk
unggulan Nokia Lumia juga tergolong sangat baik yaitu sebesar 94%.
Selanjutnya,
untuk perusahaan dengan Analyzer Strategi, silahkan sobat kembangkan sendiri
sekalian belajar juga yaaa hehehehe.. Singkatnya, rata-rata rasio penjualan
Samsung sebesar 56,50% dan nyaris menempel rasio penjualan Blackberry (56,73%).
Secara umum, estimasi model probit untuk Samsung juga bersifat underestimate
(total residual -323). Tingkat keakuratan model mencapai 93%. Secara umum,
tingkat keakuratan model dalam mengestimasi penjualan ketiga perusahaan raksasa
ponsel mencapai (91%+94%+93%}/3)=92,66% dan tergolong sangat tinggi.
Sekarang
kita akan mencari tahu berapa sebenarnya diskon yang diberikan perusahaan
mengingat ketatnya persaingan di antara ketiga perusahaan tersebut agar dapat
menembus target (targetting system) sebesar 50%. Tentu hal ini akan sangat
bermanfaat dalam penentuan kebijakan pemberian diskon oleh perusahaan terkait.
Berikut output Confidence Limit yang dihasilkan untuk perusahaan dengan
strateginya masing-masing:
Perhatikan
nilai pemecahan probability yang menunjukkan estimasi target penjualan yang
akan dicapai. Fokus pada probability yang bernilai 0,5 yaitu penjualan dengan
target 50%, maka dengan tingkat kepercayaan 95%, perusahaan disarankan
menawarkan diskon 10,343% dari harga beli barang (dari sisi konsumen). Jika
perusahaan masih berani menawarkan diskon lebih tinggi demi mengejar 50% target
penjualan, maka diberikan range interval diskon untuk keamanan yaitu
8,472%-12,026%. Kita perhatikan bahwa harga untuk model gadget terbaru dengan
fitur yang canggih pada awalnya selalu dibanderol dengan harga selangit.
Katakanlah harga awal saat launching mencapai 8 juta rupiah, maka pada bulan-bulan
mendatang, harga bisa turun secara signifikan bahkan menjadi setengahnya.
Terkadang kita berpikir apakah perusahaan tidak merugi jika katakanlah dalam 6
bulan mendatang harga gadgetnya sudah turun secara signifikan. Namun, inilah
bagian dari strategi penjualan dan pemasaran barang dimana perusahaan
membanderol harga yang tinggi, di atas biaya inputnya. Tujuannya bukan sekedar
semata-mata mengeruk keuntungan namun mempelajari dan menganalisis bagaimana
jika respon dan rasio penjualan saat barang ditawarkan pada level tinggi.
Naaaah, seterusnya dilakukan survei dan dianalisis oleh sang manajer pemasaran
bagaimana segmen pasar memberikan umpan balik terhadap barang yang ditawarkan,
bagaimana risiko penjualan, termasuk pemberian berapa persen diskon agar target-target
penjualan bisa ditembus.
Selanjutnya perhatikan
output untuk Defender Nokia dan Analyzer Samsung
Perhatikan
bahwa untuk menembus target penjualan sampai 50% maka perusahaan Nokia perlu
memberikan diskon sebesar 11,257% dari harga beli barang (dari sisi konsumen)
dengan range interval diskon 9,67% - 12,543%. Nokia butuh memberikan diskon
yang lebih besar dibandingkan Blackberry untuk pencapaian target 50% penjualan.
Di sisi lain, kita melihat bahwa Samsung disarankan juga untuk memberi diskon
sebesar 10,747% dari harga beli (dari sisi konsumen) untuk menembus target
penjualan sebesar 50% dengan range interval diskon 9,211%-11,988%. Tampaknya Nokia perlu lebih besar
memberikan diskon jika dibandingkan kedua produk pesaingnya yaitu Blackberry
dan Samsung. Tuntutan pemberian diskon minimal dipegang oleh Blackberry.
Blackberry perlu mewaspadai Samsung yang juga memiliki selisih sangat tipis
dalam tuntutan pemberian diskon untuk mencapai target yang sama dengan
Blackberry. Samsung yang semakin gencar berinovasi menciptakan produk-produk
baru menjadi rival utama Blackberry untuk menjadi pangsa pasar terbesar.
Sekarang
perhatikan output Relative Median Potency yang menunjukkan peluang suatu perusahaan-perusahaan
dalam penjualan produk dibandingkan dengan suatu perusahaan yang dijadikan
patokan.
Yaap,
yang menarik kita baca angka estimate yang di atas 1 saja ya sooob agar
nalarnya lebih dapat diterima. Katakanlah kita membuat strategi 2 (Nokia)
sebagai acuan/patokan. Nah, angka estimasi strategi 1 dengan acuan strategi 2
sebagai acuan adalah 1,088 artinya perusahaan Blackberry akan berpeluang
mempunyai rasio penjualan 1,088 kali dibandingkan perusahaan Nokia, selanjutnya
Samsung sendiri mempunyai rasio penjualan 1,047 kali dibandingkan perusahaan
Nokia sedangkan saat Samsung menjadi acuan, maka Blackberry akan berpeluang
mempunyai rasio penjualan 1,039 kali dibandingkan perusahaan Sasmsung.
Penerapan:
Wajibstat
sebagai perusahaan ponsel yang baru merambah ke dunia persaingan gadget sudah
melihat bagaimana persaingan yang terjadi antara ketiga perusahaan raksasa
(Blackberry, Nokia dan Samsung). Wajibstat mengetahui bahwa Blackberry tampaknya
masih unggul dalam pencapaian rata-rata target penjualan. Hal ini
mengindikasikan bahwa Blackberry masih menguasai pangsa pasar namun tidak
begitu signifikan karena kehadiran dan kebangkitan rivalnya Samsung yang terus
menerus belajar dan menciptakan produk-produk yang bersaing dengan Blackberry.
Dilihat dari nilai Median Relative Efficiency, nilainya masih sekitar 0,9-1,1
sekian. Ini sudah membuktikan bahwa persaingan ketiga perusahaan ponsel ini
masih sangat sengit. Bahkan nokia sekalipun yang akhir-akhir ini terlihat mulai
tersaingi nampaknya masih sanggup bertahan jika dilihat dari nilai relative
median potency yang tinggi. Oleh karena itu, Wajibstat perlu mempertimbangkan
strategi apa yang harus dikembangkan untuk siap terjun ke dunia bisnis ponsel
secara matang sebelum nantinya collapsed dalam persaingan yang ketat.
Rata-rata
diskon yang diberikan oleh ketiga perusahaan berada pada kisaran 10% an sampai
11% an untuk mencapai target penjualan sebesar 50%. Jika harga awal yang
ditawarkan oleh ketiga ponsel ini sudah tinggi, maka setelah diberikan diskon
sampai 11% pun, harga barang masih dalam kategori tinggi namun bisa menembus
target sampai 50%. Andaikata (perhatikan tabel Confidence Limit), perusahaan
menargetkan penjualan mencapai 90%, maka diskon yang diberikan berkisar sampai
ke 19%-21%, tidak perlu sampai jatuh ke level 30-40%. Ini mencerminkan
bagaimana selera dan perilaku konsumsi/pengeluaran untuk gadget berkualitas dan
terkenal dalam wilayah tersebut masih sangat tinggi. Ketiga perusahaan tidak
perlu memberikan diskon terlampau besar untuk menembus target penjualan yang
tinggi karena minat masyarakat masih kental terhadap kepemilikan gadget. Wajibstat
perlu memikirkan kisaran harga yang awal yang akan ditawarkan ke masyarakat
mengingat masih kuatnya minat masyarakat terhadap ketiga ponsel. Mungkin jika
pihak manajerial wajibstat menawarkan harga yang hampir sama dengan ketiga
perusahaan, besar kemungkinan masyarakat “tidak akan melirik” apalagi
perusahaan tersebut masih baru memasuki babak persaingan dunia bisnis ponsel.
Lebih disarankan perusahaan wajibstat menggunakan strategi analyzer seperti
Samsung yang belajar dan terus memperkaya berinovasi menelurkan produknya satu
per satu setelah benar-benar mantap.
Yaaaap,
begitulah analisis yang bisa saya berikan ya sooob. Silahkan saja kalau mau
dikembangkan lagi hehehe.. Wah saya kudu siap-siap dulu nih mau pulang kantor
hahaha.. Oke deeeh, sampai ketemu lagi pada bahasan kita selanjutnya yaaa..
Tetap semangaaaat dan teruslah belajar selagi muda.. Salam damai, salam sukses
selalu buat kita semua :)
kak apakah ada contoh kasus/data untuk yang bidang farmasi? Terimakasih.
BalasHapus