UJI STASIONERITAS DATA UNTUK
ANALISIS AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KASUS KURS/NILAI
TUKAR BULANAN MATA UANG KUNA KROASIA TERHADAP DOLAR AS 2006-2010
Siang
sobat semua... Wah gimana neh kabarnya? Moga baik-baik aja ya hehehe... Oke deh
kali ini saya mau ngebahas tentang uji stasioneritas data untuk analisis ARIMA
dengan contoh kasus kurs bulanan mata uang Kuna Kroasia terhadap dolar AS pada
periode 2006-2010..
Naaaah, postingan kali ini adalah lanjutan dari postingan
saya sebelumnya yaitu smoothing data dan uji stasioneritas ARIMA.. Jadi,
sebelum masuk ke postingan kali ini, sangat baik kalau sobat baca dulu posti
ngan sebelumnya yang dimaksud, silahkan lihat disini.
Nah,
tanpa berlama-lama ayok kita mulai... Berikut tampilan spreadsheet data yang
kita pakai untuk uji stasioneritas yaitu data yang sudah kita smoothing dengan
tehnik exponential smoothing.. Nah untuk konsep pemahaman tentang uji unit
root, sobat juga bisa dapatkan pada postingan sebelumnya.
Nah
selanjutnya kita lakukan uji unit root dengan mengklik menu View pada spreadsheet dan pilih Unit Root Test
sehingga akan muncul tampilan seperti ini:
Silahkan
sobat pilih level pada test for unut root karena pertama kali kita akan menguji
apakah data yang dipakai sudah stasioner pada level atau belum, lalu pada
include in test equation pilih none yaitu dengan mengasumsikan tidak ada tren
dalam pola data yang kita pakai (dalam penelitian ini memang tidak ada tren
linier) dan juga mengasumsikan bahwa nilai rata-rata data (intersep) tidak
memegang peranan untuk menciptakan kestasioneran data. Oke soooob, jika sudah pilih None, lalu
silahkan klik OK dan akan muncul hasil unit root sebagai berikut:
Perhatikan
nih sooob,, nilai Prob ADF test statistic sebesar 0,5085 lebih besar daripada
Alpha 0,05 sehingga kita menerima hipotesis nol (data tidak stasioner ) pada
level ya sooob. Nah, cara yang sama
untuk uji stasioneritas adalah memperhatikan wilayah kritis (tolak hipotesis
nol) jika nilai t Statistic ADF kecil daripada nilai Mackinon Test Critical
Value.
Dari hasil kita lihat bahwa nilai t Statistic ADFnya -0,4673 yang lebih
besar daripada Mackinnon 5% level -1,946654. Jadi, hasilnya sama saja sooob kita
terima hipotesis nol yaitu data tidak stasioner pada level (data asli).
Next,
kita uji unit root pada differens 1.. Caranya sama saja, hanya tinggal mengubah
Unit Root Test in dari level menjadi 1st Difference. Berikut ilustrasinya:
Berikut output uji unit
root pada differens 1:
Nah,
sekarang lihat sooob, nilai prob ADF 0,0151 lebih kecil daripada Alpha 0,05
sehingga kita tolak hipotesis nol dan menyimpulkan data sudah stasioner pada
differens 1.. Nah, untuk ADF test Statisticnya juga lebih kecil daripada Mackinnon
5% level -1,945554. Hasil ini juga membuktikan bahwa data sudah stasioner pada
differens 1 hehehe...
Oke
deh, kali ini kita akan masuk ke dalam “seni statistik” untuk model ARIMA.
Mengapa saya katakan sebagai seni.. Ingat, bahwa sebenarnya tidak ada model
statistik mutlak paling baik menjawab permasalahan. Ingaaat, statistik memang
cara yang sering dipakai dalam suatu penelitian tetapi fungsi statistik hanya
sebatas tools saja. Jadi, kalau
memberikan simpulan (baca: simpulan secara statistik), silahkan sobat
kembalikan simpulan yang diperoleh ke ilmu esensialnya juga yaaa..
Hal lain seperti
ini.. Sobat jangan menstatistisir hasil
penelitian.. Kesannya terlalu memaksa.. Ingat, lebih baik kita tampilkan hasil
yang sebenarnya entah sebuuk apapun itu (dengan metode statistik yang kita
pakai) walaupun hasilnya kurang memuaskan atau bahkan anomali. Itu jauh lebih
terhormat daripada sobat harus berbohong dan menstatistisir hasil penelitian
sobat agar seolah hasil penelitiannya kelihatan bagus..
Hemmh, padahal kalau ditanya soal esensi
penelitiannya jangan-jangan belum benar-benar paham.. Ingat, keberhargaan
seorang peneliti utamanya bukan pada hasil penelitiannya yang terbilang hebat
tetapi pada keberaniannya dalam menampilkan hasil penelitiannya. Naaaaah, jadi
intinya, kalaupun sudah pernah atau sering menstatistisir, bagi yang
tersinggung mohon maaflah ya hehehe, ayo cepat-cepatlah bertobat hahahaha...
Yaudah, ayo sekarang kita fokus kepada output correlogram data kita yaaa.. Terserah sobat, kalau mau langsung pakai data
yang sudah stasioner pada differens 1nanti untuk correlogramnya silahkan pilih
yang level. Sama saja kalau mau sobat
mau pakai data asli ya monggo untuk correlogramnya pilih yang 1st Difference.. Terlihat mudah kan? Hehehe.. Oke
sekarang buka datanya lalu klik View pilih Correlogram..
Nah,
saya pakai data yang belum stasioner sehingga untuk correlogramnya (correlogram of), saya 1st
difference hehehe.. Lagnya terserah sobat mau lihat pola datanya sampai mundur
berapa tahun ke belakang hehehe.. Yuuuuk, sekarang lihat output correlogramnya..
Nah,
udah keluar nih outputnya? Lha, terus buat apa coba? Hehehe.. Yaaa, pertama, dari
output ini kita bisa lihat nih soob, kira-kira pada lag ke berapa data kurs
kita tidak stasioner. Kedua, kita bisa tahu model kita nanti apakah AR(1),
MA(1) atau ARMA(1)..
Nah, seperti yang sudah pernah saya bahas pada postingan
sebelumnya, model ARIMA (p,d,q) itu kalau stasioner pada differens 1 maka nanti
variabel dependennya adalah delta (perubahan) yaaa.. Terus apakah model kita
itu harus selalu AR(1), MA(1) alias harus selalu dan selalu 1, ya enggak doong
bisa aja AR(1) AR(2), MA(1) MA(2), AR(1) MA(1) MA(2).. Silahkan dikombinasikan
saja dan diusahahan model yang kita dapat menghasilkan nilai Adjusted Rsquare
yang cukup tinggi.
Seterusnya, jika sobat mau melakukan prediksi nilai periode
masa depan(FORECAST) dengan model yang terpilih, maka harap diperhatikan besar Bias
Proportion harus lebih kecil daripada 0,2 dan besar Covariance Proportionnya juga
harus cukup tinggi (mendekati 1).
Oke deh,
ayo kita lihat pada lag mana data kurs Kuna terhadap Dolar AS ini tidak
stasioner. Nah caranya lihat dari nilai AC dan PAC masing-masing lagnya soob
hehe..
Jadi kalau AC dan PAC masih berada di dalam interval -0.2552 sampai dengan + 0.2552 maka pada lag tersebut data masih stasioner. Akan tetapi kalau nilai AC dan PAC berada diluar interval -0.2552 sd + 0.2552 maka data tidak stasioner pada lag tersebut..
Jadi kalau AC dan PAC masih berada di dalam interval -0.2552 sampai dengan + 0.2552 maka pada lag tersebut data masih stasioner. Akan tetapi kalau nilai AC dan PAC berada diluar interval -0.2552 sd + 0.2552 maka data tidak stasioner pada lag tersebut..
Oke deh
sooob, untuk pemilihan kandidat orde ARIMA dan pemilihan model terbaik akan
dirilis pada postingan selanjutnya yaaa.. Oke deeeh, stay tune terus di
wajibstat.blogspot.com untuk kita belajar konsep dan metode statistik dengan
semangat dan semangaaaat.. Salam damai,, salam hangat terdahsyat dari saya :-)
keren... thaks mas...
BalasHapusBang mau tanya. Itu untuk metode corelogram, untuk mengetahui datanya stasioner atau tidak harus dibandingkan dengan formula tersebut ya? . Boleh tau itu sumbernya darimana . Soalnya saya diajarin cuma liat dari nilai probnya. Kalau nilai probnya kurang dari alpha maka data tersebut stasioner. Yang benar yg mana bang?
BalasHapus