PEMAHAMAN KONSEP ANALISIS TIME
SERIES COINTEGRATION PERHAPS ERROR
CORRECTION MODEL {Coint(ECM)}, ANALISIS VECTOR AUTO REGRESSION(VAR), ANALISIS
VECTOR ERROR CORRECTION MODEL (VECM) DAN
ANALISIS REGRESI BIASA (Dasar Penerapan Contoh Kasus
Cointergration Perhaps Error Correction Model)
Siang
sobat semua.. Apa kabarnya neeeh? Moga
baik, sehat, sukses dan semangat selalu yaa.. Amiiin hehehe.. Oke deh sooob
setelah kita sudah kupas tuntas tentang analisis time series ARIMA, maka kali
ini kita masuk ke bahasan yang lebih baru lagi yaitu pehamaman konsep analisis
Error Correction Model (ECM), analisis Vector Auto Regression (VAR), analisis
Vector Error Correction Model dan analisis regresi biasa hehehe...
Naaah,
pertama.. sobat pasti sudah tahu doong gimana konsep bahkan prosedur uji
stasioneritas variabel (unit rot test).. Nah, uji unit root sudah pernah saya
pakai sebelumnya pada analisis ARIMA dan analisis data panel.
Apabila variabel
penelitian yang kita pakai seluruhnya stasioner pada data level (mean dan
varians konstan sepanjang periode waktu), maka kita menggunakan analisis
regresi biasa. Dalam analisis time series, syarat stasioner seluruh variabel
bebas harus dipenuhi untuk penerapan metode analisis regresi biasa (simpel atau
berganda).
Nah,
jika terdapat satu saja (minimal satu)
variabel yang stasioner pada level sedangkan variabel lainnya stasioner pada
differens pertama, maka kita harus menggunakan analisis vector auto regression
(VAR) dengan data pada differens. Biasanya dikenal dengan VAR in difference
hehehe..
Nah, karena dalam analisis VAR ini diminta minimal satu saja ada
variabel yang sudah stasioner pada level, maka pertanyaannya, bisakah kita
pakai analisis VAR jika seluruh stasioner nyatanya sudah stasioner pada level?
Hayooo gimana hehehe,, Yaaa bisa dooong yaitu dengan analisis VAR pada data
level. Biasanya dikenal dengan istilah VAR in level. Ingaaat, ini saya baru
bicara persyaratan uji stasioneritas lhooo,, Pertimbangan berikutnya yang tidak kalah penting adalah apa tujuan
analisis sobat..
Next,
jika setelah kita uji stasioneritas, ternyata tidak ada satupun variabel yang
stasioner pada level TETAPI (ingeeeet yaa), seluruh variabel harus stasioner
pada differens yang sama, katakanlah differens pertama, maka kita bisa pakai
analisis “kointegrasi kemungkinan ECM”.
Ingeeet, kointegrasinya sudah pasti,
tetapi ECM nya masih “kemungkinan” ya sooob hehehe.. Okee, apa sih itu
kointegrasi dan apa sih itu ECM? Nah, kointegrasi itu adalah analisis regresi
biasa model jangka panjang. Nah, prinsipnya nanti sobat regresikan biasa saja
variabel penelitian pada data aslinya/level (yang belum stasioner untuk seluruh
variabel), lalu ambil nilai residualnya dan silahkan lakukan lagi uji unit root
pada residual model kointegrasi (model jangka panjangnya).
Naaaah, jika
residualnya ternyata bisa stasioner pada level (inilah maksudnya terkointegrasi
ya sooob, residual stasioner pada level), maka kita bisa turunkan deh model ECM
alias model jangka pendeknya sooob.. Kalau, ternyata residual regresi biasa
(pada level) tidak stasioner pada level berarti menunjukkan tidak ada hubungan
kointegrasi (hubungan jangka panjang), maka analisis cukup berhenti sampai pada
kointegrasi saja (model ECM/model jangka pendeknya tidak bisa diturunkan).
Ingat
syarat ECM adalah terpenuhinya kointegrasi.. Gimanaa sooob,, sampai disini saya
harap paham dulu yaaaa hehehe.. Jadi, biar dibolak balik gimana pun sobat gak
bingung..
Next,
kita masuk ke analisis Vector Error Correction Model (VECM) sooob.. Nah
analisis yang satu ini adalah kasus khusus dari analisis Vector Auto Regression
(VAR) atau VAR yang terestriksi. Suatu kasus dimana data tidak stasioner pada
level tetapi terdapat kointegrasi (hubungan jangka panjang), maka disinilah
kita pakai analisis VECM ini soooob..
Tiba-tiba terbersit pertanyaan di benak saya.. Begini sooob, apakah
untuk analisis VAR dan VECM kita perlu lakukan uji kointegrasi seperti halnya
dalam analisis ECM? Jawabnya, gak pakai tawar-tawar lagi, YA, PERLU. Saya yakin
sobat paham kemana arah/tembakan pertanyaan saya ini yaa hehehe..
Nah,
lebih lanjut sekarang tentang konsep pemahaman tujuan analisisnya ya sooob,,
Untuk regresi biasa saya rasa sobat sudah biasalah dengan analisis ini. Yang
perlu dimantapkan disini adalah konsep ECM dan VARnya yaa..
Untuk ECM dulu
deeh, ingat kembali kalau kointegrasi bisa kita artikan sebagai adanya hubungan
jangka panjang (long term relationship) antara beberapa variabel yang tidak
stasioner pada data aslinya. Munculnya kointegrasi ini ibarat memberi harapan
baru untuk mencapai terciptanya suatu kondisi stasioner dalam jangka panjang
melalui kombinasi linier variabelnya.. Jadi, intinya dikatakan terkointegrasi
jika dalam jangka panjang akan tercapai titik keseimbangan (ekuilibrium)
fenomena data.
Nah, bagaimana analisis kointegrasi kemungkinan
ECM bisa menempuhnya? Caranya dengan memperhitungkan koefisien residual sebagai
penyesuai pengembalian fenomena ekuilibrium. Kalau pengujian kita lolos sampai
ke analisis ECM (hubungan jangka pendek), nanti kita akan bertemu dengan
istilah Error Correction Term (ECT). Inilah yang dipakai sebagai penyesuian
keadaan ekulibrium (speed of adjustment)
yang kita harapkan bernilai negatif (konvergen). Satu hal lagi, dalam analisis
kointegrasi kemungkinan ECM, sama saja dengan regresi biasa yaitu dikenal
istilah variabel bebas dan terikat.
Lanjut,
kita masuk ke analisis VAR neeh soob.. Analisis ini dikembangkan oleh
Christopher Sims tahun 1980. Nah, analisis VAR ini hanya terbatas hanya pada
analisis hubungan saja. Dalam analisis VAR, kita tidak memperlakukan variabel
sebagai terikat ataupun bebas.
Yaa, alasan yang agak sedikit naif yaaa karena
si peneliti agak kesulitan untuk menentukan mana yang terikat dan mana yang
bebas sehingga seluruh variabel dianggap sebagai endogent variabel saja.. Akan
tetapi, ada baiknya kita kembalikan saja ke tujuan analisis penelitian kita dulu.
Kalau hanya mau melihat hubungan ya pakailah analisis VAR.
Menurut Gujarati,
analisis VAR ini punya keuntungan yaitu kemampuannya dalam melihat banyak
variabel secara jangka panjang dan pendek, mengkaji kekonsistenan antara model
empiris dengan teori, memberi solusi untuk variabel yang tidak stasioner dan
regresi lancung (spurious regression)
akibat ketidakstasioneran data.
Namun, Gujarati menganggap suatu kemudahan jika
dalam VAR, peneliti tidak perlu dipusingkan dengan penentuan mana variabel
bebas dan terikat. Next, analisis VAR bisa melakukan forecasting/peramalan yang
dalam beberapa kasus lebih baik dibanding dengan model persamaan simultan yang
ribet.
Keunggulan lain VAR adalah kemampuannya dalam melacak bagaimana respon
setiap variabel pada saat ini dan masa mendatang jika terjadi shock/goncangan
(misalnya krisis moneter, melonjaknya harga minyak secara fantastis) melalui
fitur Impulse Response Function (IRF). Terakhir, adalah ketersediaan fitur
Variance Decomposition (VD) yang mampu memberi informasi terkait seberapa besar
kontribusi setiap variabel untuk suatu variabel tertentu.
Untuk
konsep pemahaman tujuan analisis VECM pada umumnya hampir sama dengan VAR dan
diperlengkapi dengan fitur IRF dan VD sooob. Hanya karena sifat VECM yang
merupakan VAR terestriksi, maka analisis VECM membatasi hubungan jangka panjang
variabel endogennya agar KONVERGEN ke dalam hubungan jangka pendeknya tetapi
dengan tetap memberi kebebasan pergerakan dalam hubungan jangka pendeknya.
Nah,
begitu deh sob pemahamannya hehehe.. Yaa, kalau belum paham silahkan
pelan-pelan dan sabar bacanya.. Saya
yakin pasti sobat juga bisa memahaminya dengan baik kok hehehe.. Ingeeet dong
istilah kita hehe “Harus ada semangat untuk bisa” hahaha..
Oke deeeh soob,
sampai disni dulu penjelasan yang saya berikan terkait analisis Coint (ECM),
VAR, VECM dan Regresi Biasa.. Saya berharap postingan ini bermanfaat buat kita
semua.. Kurang lebihnya saya mohon maaf. Kritik dan saran untuk peningkatan
kualitas isi postingan, sangat saya harapkan hehehe.. Yaaap, next akan saya
berikan contoh kasus penerapan dengan ECM dulu yaaa..
Tetap setia di
wajibstat.blogspot.com karena masih banyak analisis yang akan kita diskusikan
di blog ini.. Semangaaaat belajar dan sukses selalu.. Salam hangat terdahsyat
dari saya sooob hahaha :-)
selamat siang
BalasHapussaya mau bertanya sebenarnya konsep jangka panjang dan jangka pendek itu periodenya berapa lama? misal kita memakai data bulanan
bermanfaat sekali, terima kasih
BalasHapusTruly helpful .. thank you !
BalasHapus@unknown: Makasih mb/mas sudah berkunjung
BalasHapus@ Pipy Nuik: Makasih mb Pipy sudah berkunjung.
gan mau tanya klo ect signifikan tapi coefisiennya positif gimana ya itu...
BalasHapusberarti model hubungan jangka pendek (ECM)nya tidak bs diturunkan mb sehingga mb hanya gunakan analisis regresi time series biasa saja mb..
BalasHapusapakah saat uji kointegrssi tsbt data harus memnuhi normalitas mas?
BalasHapusmisal dalam penelitian ingin melihat kebijakan (monoter/fiskal) manakah yang berpengaruh dalam perekonomian suatu negara dengan sistem kurs tertentud dengan model mundell fleming. apakah ccocok menggunakan var dan menggunakan analisis VD?
BalasHapusCara uji supaya dpt ect nya bagaimana ya pak? Trimakasih
BalasHapusTerima kasih kak penjelasannya mudah dipahami :)
BalasHapusAssalamualaikum mau tanya. Seandaianya salah satu variabel ada yg stasioner pada level dan data terkointegrasi. Apakah bisa menggunakan ecm? Terimakasi
BalasHapusbagaimana kita lihat terkointegrasi dengan menggunakan stata?
BalasHapuskalau untuk datanya, minimal setiap variabel harus berapa ya pak? terimakasih
BalasHapusuntuk regresi time series apa perlu kita memilih menggunakan fixed atau random effect? terimakasih
BalasHapusSaya pakai data panel kak ternyata tidak lolos asumsi klasik yg heterokedas wlpn sudah diobati pakai wls, gletser. trus dosbing minta untuk pake ecm atau pam saja, nah pam sama ecm itu bisa dipake pada data panel?
BalasHapusapa yang dimaksud jangka pendek dan jangka panjang pada hasil analisis dgn ECM?
BalasHapusbagaimana jika 3 variabel x nya stasioner pada tingkat 1st difference, namun 1 lagi variabel x nya stasioner pada tingkat 2nd difference. apakah masih bisa pake ECM atau bagaimana ya?
BalasHapus