PENDEKATAN ANALISIS VECTOR AUTO
REGRESSION (VAR) DALAM MENJELASKAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT SUKU BUNGA DAN
INFLASI TERHADAP VOLATILITAS NILAI TUKAR
(Part I: Uji Stasioneritas, Kapan Uji Cointegration Johansen Test Dipakai dan Bagaimana Menentukan Panjang Lag/Lag Length Criteria)
(Part I: Uji Stasioneritas, Kapan Uji Cointegration Johansen Test Dipakai dan Bagaimana Menentukan Panjang Lag/Lag Length Criteria)
Siang
sobat semua.. Gimana nih kabarnya soob? Moga baik, sehat dan sukses selalu yaa.
Amiiinn hehehe.. Wah, udah seminggu
lebih belum posting soob,, Maaf yaaa soalnya saya lagi ada kerjaan untuk survei
khusus dana pensiun dan perusahaan pembiayaan (SKDPP). Yaap, tapi bersyukur sob
kali ini saya sempatkan menulis lagi buat sobat semua hehehe..
Oke deh, sebelumnya saya sudah membahas tentang konsep pemahaman analisis Vector Auto Regression (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM), naaah sekarang saya akan berikan contoh kasusnya.. Heem, sekedar informasi saja, contoh kasus ini saya ambil dari tugas akhir mata kuliah Time Series Analysis saat saya masih kuliah di semester 6..
Silahkan
sobat download dulu data penelitiannya disini yaaa.. Periode penelitian dari tahun 1993-2004 secara triwulanan. Sumber data berasal dari International Financial Statistics, IMF-BI.. Okee, silahkan impor/copi data
dari file xls ke dalam workfile program Eviews. Lanjut, langkah berikutnya
adalah seperti pada analisis biasa, kitauji dulu stasioneritas (unit root)
seluruh variabelnya yaaa..
Nah, berikut tampilan awal workfile pada Eviewsnya:
Sama
seperti judul postingan ini, maka ada tiga variabel yang akan muncul pada
workfile yaitu variabel inflasi (inf), tingkat suku bunga (rate) dan nilai
tukar rupiah terhadap Dolar AS (kurs). Untuk variabel dinf, dkurs dan drate
adalah data tiap variabel dalam bentuk differens saja (untuk kepentingan
pembentukan model VAR)..
Cara membuatnya sudah saya pernah bahas dalam beberapa
postingan saya sebelumnya seperti ARIMA dan Analisis ECM. Silahkan sobat
buka-buka kembali yaaa hehehe.. Berikut saya berikan gambaran uji unit root
variabel inflasi: View, Unit Root Test
Pertama
tetap seperti biasa kita lakukan uji unit root pada data level, berikut
gambarannya:
Berikut output
pengujian unit root pada data level untuk variabel tingkat inflasi:
Perhatikan
bahwa Prob ADF Test Statistics sebesar 0,0013 < Alpha 0,05 sehingga dengan
demikian kita menolak hipotesis nol dan menyatakan bahwa secara statistik, data
inflasi sudah stasioner pada level.
Nah,
silahkan sobat lakukan langkah yang sama untuk variabel kurs/nilai tukar dan
tingkat suku bunga. Setelah sobat lakukan prosedur pengujian seperti di atas,
maka akan muncul hasil uji unit root level dan difference untuk kedua variabel
tersebut. Berikut output uji unit root untuk variabel kurs pada level dan differens
pertama.
Dari
hasil pengujian diperoleh bahwa untuk data kurs ternyata belum stasioner pada
level tetapi pada differens pertama (data periode t dikurangi data pada periode
t-1). Berikut output uji unit root untuk variabel tingkat suku bunga pada level
dan differens pertama:
Dari
pengujian unit root untuk variabel tingkat suku bunga (rate) ternyata diperoleh
hasil bahwa data stasioner pada differens pertama yang ditunjukkan dengan nilai
probabilitas ADF Test sebesar 0,0007 yang lebih besar dibanding Alpha 0,05.
Cara lain bisa kita lihat dengan membandingkan nilai t statistic ADF yang lebih
kecil daripada t statistic Mackinnon pada Alpha 5% yaitu -3,601945 < -1,949856.
Pada dasarnya untuk membuat model VAR, sebenarnya harus dengan syarat bahwa
seluruh variabel stasioner pada level (ketika memakai VAR dengan data level)
atau salah satu variabel stasioner pada level dan yang lainnya pada different (ketika
memakai VAR dengan data different) atau kalaupun
semua data stasioner pada different yang sama, mereka harus tidak saling
berkointegrasi (sehingga kita pakai VAR dengan data different). Karena jika variabel-variabel tersebut stasioner pada different yang
sama dan ternyata
saling berkointegrasi maka kita wajib, kudu dan harus menggunakan
model VECM (Vector Error Correction Model).
Dari
ketiga uji stasioneritas pada ketiga variable inflasi, nilai tukar dan suku
bunga, dimana satu variable yaitu inflasi ternyata sudah stasioner pada level
sedangkan kedua variable lain stasioner pada different pertama.
Dengan
demikian, kita tidak bisa menggunakan VECM karena syarat awal (dari uji unit root) peluang menggunakan
VECM adalah jika seluruh variable stationer pada different pertama sementara
pada hasil uji terbukti bahwa tidak semua variabel stasioner pada differens
kaaan hehehe.. Oleh karena itu, kita pasti bisa menggunakan analisis VAR
(Vector Auto Regression) dengan menggunakan data differens (VAR in first
difference).
Pertanyaan
saya.. Pentingkah kita lakukan uji kointegrasi (analisis hubungan jangka
panjang)?? Jawabannya, untuk kasus kita ini sebenarnya tidak perlu. Naaah,
terus pada kasus yang gimana dong uji kointegrasi untuk VAR ini dilakukan??
Ingaaaat, jika dan hanya jika seluruh variabel tidak stasioner pada level atau
stasionernya semua pada differens (differens yang sama) karena kalau hasilnya
ternyata seluruh variabel data stasionernya pada differens yang sama, maka
analisis VECM kemungkinan bisa berlaku dooong hehehe..
Uji kointegrasi dengan
Johansen Cointegration mutlak diperlukan jika terjadi kondisi sedemikian
(seluruh variabel stasioner di differens yang sama) sehingga apabila terdapat
kointegrasi berarti kita menggunakan VECM sedangkan jika tidak ada kointegrasi
kita menggunakan analisis VAR.
Yaaap,
sekarang kita kembali lagi ke workfile dan kita blok ketiga variabel untuk
diarahkan ke dalam identifikasi panjang lag (lag length) dan uji kointegrasi.
Nah, dalam hal ini ingaaat yang kita pakai adalah data yang masih dalam level
(data asli). Caranya blok ketiga variabel, klik kanan dan pilih Open as VAR.
Berikut gambarannya:
Silahkan
sobat pilih VAR Typenya Unresticted VAR dan pada Bagian Endogenous Variabel,
sobat isikan dengan ketiga variabel karena dalam analisis VAR, seluruh variabel
diperlakukan sebagai variabel endogen. Panjang lag biarkan saja dulu defaultnya
2. Nanti akan dihasilkan output spesifikasi model VARnya. Berikut output model
spesifikasinya untuk kemudian kita lakukan identifikasi panjang length (lag length
criteria)
Nah, selanjutnya barulah kita isikan berapa lag
yang mau diidentifikasi untuk penentuan panjang lag. Dalam penelitian ini, saya
isikan saja lag maksimumnya sampai lag 8: Berikut gambarannya ya sooob hehehe:
Naaah, berikut output
identifikasi
Dari
hasil yang diperoleh, diketahui bahwa lag optimumnya adalah enam yang
ditunjukkan dengan paling banyaknya tanda bintang (*) pada lag enam.
Oke
deeh soob, selanjutnya kita akan masuk ke dalam uji signifikansi yang sudah memasukkan
enam lag dalam uji signifikansi variabel sampai enam lag, Output VAR Model
Substituted Coefficient dan uji kausalitas
Engel Granger. Ketiga hal ini akan dirilis pada Part II Lanjutan Pendekatan
Analisis VAR Dalam Menjelaskan Hubungan Antara Tingkat Suku Bunga dan Inflasi
Terhadap Volatilitas Nilai Tukar.
Yaaap, semoga postingan ini memberikan manfaat buat sobat semua..
Tetap tongkrongin terus wajibstat.blogspot.com. Blog pure statistics milik orang biasa yang terus akan berbagi konsep
pemahaman metode analisis, prosedur bahkan sampai ke penerapan contoh kasus.
Semangat terus belajarnya.. Harus ada semangat untuk bisa.. Salam damai.. salam
sukses dan salam hangat terdahsyat dari saya :-)
Blog yang sangat membantu. Terima kasih mas...
BalasHapussangat membantu. uji kointergrasinya ga jadi dibahas ya? terima kasih sebelumnya...
BalasHapusterimakasih banyak, sangat membantu.
BalasHapusAkhirnya dapat juga blog yg bahas ini. Makasih mas...
BalasHapusTerimakasih banyak, postingan ini sangat membantu saya
BalasHapusMakasih buat smua yang udah kunjungin blog ini.. senang bisa membantu
BalasHapusterimakasih sangat membantu. alangkah lebih bagus kalau dicantumin juga link part 2 dst nya hehe
BalasHapussip massss
BalasHapusTerima kasih banyak mas, mas mau nanya kalo semua data ternyata stasioner di level gmana ya mas? Dan berarti Ndak perlu uji kointegrasi dong mas? Mohon bantuannya mas, terima kasih
BalasHapusTerima kasih banyak mas, mas mau nanya kalo semua data ternyata stasioner di level gmana ya mas? Dan berarti Ndak perlu uji kointegrasi dong mas? Mohon bantuannya mas, terima kasih
BalasHapus@mas saka: mas bisa gunakan analisis VAR in level mas..
BalasHapusTerima kasih sebelumnya atas tulisan blog yg bermanfaatnya mas. Perkenalkan saya Linggar dan saya ingin bertanya. Pertanyaan saya adalah apakah dalam melakukan uji kointegrasi dan run vecm data yang digunakan adalah data asli atau data yang sudah melalui penyesuaian pada first difference mas? Mohon bantuannya mas, terima kasih.
BalasHapusselamat sore, pertanyaan saya mengenai ECM.bagaimana jika hasil resid nya melebihi angka 1? yaitu 1.029241.mohon penjelasannya. terimakasih
BalasHapusmas mau nnya dong, analisisnya kok pake data asli bukan yg di differencing? kan kalo pake VAR harus stationer bukan?
BalasHapussaya setuju harus diubah ke d_different baru VAR tidak bisa langsung saja
BalasHapusMas klo uji lag nya gak bisa ? Itu gmna yah ?
BalasHapusBg saya mau nanya, klo satu variabelnya stationer pada first difference, dan dua variabel sudah stationer pada level,, jadi kita harus pakai var/vecm bg? Dan uji kointegrasinya apakah harus bg?
BalasHapusSaya sangat terbantu dalam memahami VAR ini. Thanks bro...
BalasHapusterima kasih
BalasHapus