Welcome to Wajibstat Analysis Jibvela17...

NEW WAJIBSTAT ANALYSIS IS COMING***

Kamis, 16 Mei 2013

PROSEDUR, SIMPULAN OUTPUT DAN PENERAPAN KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI HASIL ANALISIS COINTEGRATION PERHAPS ERROR CORRECTION MODEL (ECM) PADA KEBERLAKUAN ANALISIS TEORI PURCHASING POWER PARITY (DAYA BELI PARITAS) DI NEGARA KANADA



PROSEDUR, SIMPULAN OUTPUT DAN PENERAPAN KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI HASIL ANALISIS COINTEGRATION PERHAPS ERROR CORRECTION MODEL (ECM) PADA KEBERLAKUAN ANALISIS TEORI PURCHASING POWER PARITY (DAYA BELI PARITAS) DI NEGARA KANADA 

Siaaaang sobat semua.. Apa kabarnya neeeh ? Moga baik-baik aja yaaa... Amin hehehe.. Oke deh soob, kali ini saya mau ngelanjutin bahasan kita sebelumnya yaitu tentang kointegrasi perhaps ecm analysis. Jadi, sebelum sobat membaca postingan ini, maka sangat disarankan sobat terlebih dulu membaca postingan sebelumnya disini.
Nah, kalau sebelumnya kita sudah melakukan uji kointegrasi (model jangka panjang) dan hasilnya ada model terkointegrasi, maka barulah kita bisa turunkan model jangka pendeknya alias model ECM nya sooob hehehe.. Oke deh, mengingatkan kembali bahwa ini model jangka panjang yang sudah kita peroleh:



lnexct=4,7983 + 2,5348 lnihkt – 3,5252 lncpit + et



Nah, berikut pula output uji kointegrasinya dimana residual model sudah stasioner pada level dan persamaan unit root testnya..
Naaah, oke deeeh sekarang ayo kita bentuk persamaan model jangka pendek (model ECM)nya soob.. 

Nah, kalau melihat model di atas, bisa nggak sobat membedakan cara penulisan koefisien modelnya dengan model ARIMA?? Hehehe.. Gimana hayooo.. Naaah, gini deh, jadi kalau dalam model ARIMA itu kita membagi bahwa variabel dirinya saat periode t bisa dipengaruhi oleh AR (dirinya pada masa lalu secara parsial yang dilihat dari PAC) dan atau MA (residual sebelumnya yang dilihat dari AC). 

Keduanya adalah dua hal yang berbeda sehingga dalam penulisan koefisien model, maka jelas berbeda.. Hati-hati ya sooob.. Lebih jelasnya, coba lihat lagi deh postingan saya tentang ARIMAnya..
Next, untuk persamaan model ECM, nilai residual yang diperoleh adalah dari model uji stasioneritas residual bersama. Model ECM ini memanfaatkan koefisien dari residual untuk kepentingan negative error correction term (ECT) dalam konvergensi laju penyesuaian kembali fenomena atau lebih dikenal dengan istilah Speed of Adjustment. Harapan kita adalah nilai ECT negatif.. 

Prinsipnya mirip dengan analisis konvergensi yaitu bahwa ECT akan mampu bergerak secara konvergen (mengerucut) untuk mengembalikan kondisi stabil dalam jangka pendek. Naaah, sampai disini pahami dulu ya soooob hehehe..
Nah, karena dari persamaan model ECM kita membutuhkan nilai dalam delta (perubahan) yaitu nilai periode t dikurangi periode t-1, maka kita harus generate dulu pada program Eviewsnya soob.. Lakukan untuk ketiga variabel lnexc, lnihk dan lncpi. Berikut ilustrasinya:




Selanjutnya pada workfile akan muncul tiga variabel baru yang akan digunakan untuk model ECM (analisis hubungan jangka pendek) yaitu dlnexc, dlnihk dan dlncpi.




Selanjutnya, kita akan bentuk variabel baru juga untuk residual lag 1, yaitu dengan mengenerate series dan tuliskan seperti berikut (misal nama barunya adalah reslag1).



Okeee deh, setelah empat variabel barunya selesai, sekarang kita regress variabel dlnexc (data kurs mata uang Dolar Kanada terhadap Dolar AS) sebagai variabel terikat dengan variabel dlnihk (indeks harga konsumen Kanada), variabel dlncpi (indeks harga konsumen AS) dan variabel reslag1 (data residual dengan lag 1 yang artinya residual pada periode t dipengaruhi oleh residual sebelumnya). Berikut gambarannya:




Nah, berikut output pengujian yang dihasilkan sooob hehehe..




Perhatikan bahwa koefisien reslag1 sesuai yang kita harapkan adalah -0,052699 yang menunjukkan bahwa akan terjadi konvergensi dalam jangka pendek kendati memang peluangnya cukup kecil. Hal ini terlihat dari nilai kenegatifan reslag hanya nyaris mendekati angka nol saja (tidak cukup negatif menjauhi angka nol). Kondisi ini didukung pula oleh variabel dlnihk, dlncpi dan reslag1 yang tidak signifikan (secara statistik) memengaruhi variabel dlnexc dalam jangka pendek. 
Nah, dengan demikian secara statistik bisa disimpulkan bahwa tidak ada hubungan jangka pendek antara kurs mata uang Dolar Kanada tterhadap Dolar AS dengan Indeks Harga Konsumen Kanada dan Amerika Serikat. 

Sedangkan, untuk model jangka panjang (model kointegrasi) seperti yang kita sudah dapatkan di awal, memang terbukti terjadi kointegrasi dan variabel lnihk dan lncpi signifikan memengaruhi lnexc sehingga disimpulkan bahwa untuk negara Kanada berlaku teori Purchasing Power Parity (Daya Beli Paritas) yaitu teori yang menyatakan adanya hubungan jangka panjang antara kurs mata uang Dolar Kanada terhadap Dolar AS dengan Indeks Harga Konsumen Kanada dan Amerika Serikat. 

Mungkin yang masih bertanya-tanya mengapa saya berikan nama Cointegration Perhaps ECM, saya rasa sobat sudah tidak bingung lagi setelah terbukti pada kasus penelitian kita ini hehehe.. 
Nah, lantas apakah keberlakuan teori Purchasing Power Parity ini kita katakan terjadi jika variabel lnihk dan lncpi signifikan?? Tidaaak.. Karena dari perumusan bisa kita turunkan sebagai berikut:

Relative Purchasing power parity (PPP)
SK = PK/PA

Catatan:
SK adalah nilai tukar mata uang Dolar Kanada terhadap Dolar AS
PB adalah indeks harga konsumen negara Kanada 
PB adalah indeks harga konsumen negara AS

SK = PK/PA (ruas kiri dan kanan di ln kan)
lnSK=ln(PK/PA)
lnSK=ln PK-lnPA

Jadi, ternyata variabel lncpi (indeks harga konsumen AS) itu harus NEGATIVE SIGNIFIKAN secara statistik memengaruhi variabel lnexc (nilai tukar mata uang Dolar Kanada terhadap Dolar AS)
TERBUKTI, bahwa dalam penelitian ini, teori PPP berlaku untuk negara Kanada sooob..
Perhatikan kembali interpretasi output model jangka panjang (model kointegrasi) berikut:
“Variabel indeks harga konsumen negara Kanada dan negara Amerika Serikat secara statistik signifikan memengaruhi nilai tukar/kurs nominal Dolar Kanada terhadap Dolar A
Untuk variabel lnihk :
setiap kenaikan indeks harga konsumen negara Kanada sebesar 1% maka akan meningkatkan nilai tukar/ kurs nominal Dolar Kanada terhadap Dolar AS sebesar  2,5348 %.

Untuk variabel lncpi :
setiap kenaikan indeks harga konsumen negara Amerika Serikat sebesar 1% maka akan menurunkan nilai tukar/kurs nominal Dolar Kanada terhadap Dolar AS sebesar  3,5252 %.

SEKILAS MENGENAI PENERAPAN KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DALAM JANGKA PANJANG
Pemerintah Kanada harus cermat dalam ranah hubungan diplomatik dalam bidang ekonomi dengan negara AS. Naiknya indeks harga konsumen di AS akan menurunkan nilai kurs nominal Dolar Kanada terhadap Dolar AS (Kurs negara Kanada semakin terapresiasi terhadap Dolar AS). Saat kurs suatu negara terapresiasi, maka akan berpeluang menurunkan nilai ekspor negara Kanada ke Amerika Serikat karena harga barang ekspor Kanada semakin mahal jika dinilai dengan Dolar AS. Hal ini tentu akan menurunkan penerimaan devisa Kanada dari sisi ekspor. Nah, dalam hal ini pemerintah perlu memikirkan kebijakan impor barang ketimbang mengekspor barang ke luar negeri. Begitupula, perlu dipikirkan bagaimana ketika indeks harga di Amerika Serikat mengalami penurunan.

Nah, untuk indeks harga konsumen negara Kanada sendiri, jika terjadi kenaikan indeks harga di negara Kanada akan menyebabkan kurs nominal Kanada terhadap Dolar AS akan meningkat atau secara riil kurs terdepresiasi. Ingaat, inflasi dibentuk dari perubahan harga-harga Inflasi={harga pada  periode t dikurang harga periode t-1)/harga periode t-1}. Inflasi berbanding lurus dengan perubahan harga-harga sehingga ketika perubahan harga-harga meningkat, maka akan menaikkan angka inflasi (harga barang seolah-olah naik secara umum dan diiringi dengan semakin banyaknya jumlah Dolar Kanada di pasaran.
Kondisi ini akan menyebabkan turunnya nilai Dolar Kanada (terdepresiasi) sehingga untuk mengantisipasi masalh itu, pemerintah dan Bank Sentral atau katakanlah Federal Reserve Kanada akan berusaha menarik jumlah Dolar Kanada yang terlalu banyak di pasaran dengan cara menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat lebih memilih untuk menyimpan uangnya di bank dengan harapan akan mendapatkan pengembalian bunga diskonto yang tinggi..

Yaaa, begitulah kira-kira sooob hehehe.. Oke deeeeh sooob, itu dulu yang bisa saya bagikan terkait analisis Kointegrasi Perhaps ECM Model. Kurang lebihnya, saya mohon maaf yaa.. Ayoooo, semangat terus belajarnya,, salam damai, salam sukses dan salam hangat terdahsyat dari saya :-)





 

7 komentar:

  1. alhamdulillah sangat bermanfaat
    thanks sob
    (:

    BalasHapus
  2. Makasih ya mbak sudah berkunjung :)
    ya mbak sama-sama. Senang bisa bermanfaat :)

    BalasHapus
  3. waahh kereen banget blognyaa..bermanfaat bgt

    BalasHapus
  4. Kalo pake metode ECM perlu uji asumsi klasik terhadap residualnya atau tidak?

    BalasHapus
  5. halo mas. bagaimana ya cara baca output ecm menggunakan stata? makasih mas

    BalasHapus
  6. selamat siang mas, mau tanya untuk uji asumsi klasik pada model ecm apakah model jangka panjang dan model jangka pendek di uji asumsi klasik semua... mslahnya model jangka panjang nilai DW nya kecil sekali...

    BalasHapus
  7. maaf saya mau tanya ttg ecm, saya menguji tentang bank runs. variabel yg di teliti ada 6, data stasioner di dif 2, dan residual regresi telah stasioner pd level. namun ketika di estimasi pers jgk pdknya, hasil dr resreg(-2) nya tidak signifikan tetapi hasilnya negatif seperti cth diatas namun tidak semua variabel tdk sig ada 3 var yg sig. jadi bagaimana kesimpulanny? apakah ada tetap pengaruh dlm jgk pdk atau tidak ada? terima kasih sebelumnya :)

    BalasHapus